Ilmu Tawarikh An-Nuzul

 Ilmu Tawarikh An-Nuzul
A.    PENDAHULUAN
Alqur’an sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam memiliki prospek bagi perkembangan umat islam di bumi.Alqur’an juga memuat segala aspek kehidupan yang pasti berhubungan dengan kehidupan dunia dan akherat.Oleh karena itu, pengetahuan tentang Alqur’an sangat penting diketahui oleh seluruh umat islam.Nuzul Al-Qur’an merupakan suatu pristiwa yang sangat penting berhubungan dengan sejarah Al-Qur’an itu sendiri.Justru, ia mendapatkan tempat khusus dalam karya karya Ulumul quran (Ilmu Ilmu berkaitan dengan Al-Quran).Tumpuan di berikan untuk menjelaskan khakekat Nuzul Al-Qur’an dan proses turunya Al-Qur’an serta hikmah hikmah dari Nuzul Al-Qur’an itu sendiri yang kemudian Muncul pertanyaan pertanyaan apa saja Ayat pertama dan terakhir yang Allah turunkan serta pembahasan pembahasan  tentang tahapan turunya Al-quran,surah surah yang belom diturunkan kepada nabi sebelumnya serta surah surah yang turun secara berulang ulang.

B.     PEMBAHASAN
Pertama akan saya paparkan terlebih dahulu arti mufrod dari kalimat “Ilmu Tawarikh An-Nuzul” :
-Kalimat Ilmu atau Al-Ilmu berarti penemuan ilmiah atas pengetahuan yang ilmiah, dan pengetahuan yang  ilmiah adalah pengetahuan terhadap sesuatu dengan sebenarnya atau sesungguhnya dan secara nalar maupun keterangan.
-Adapun kalimat Tarikh diartikan secara makna dengan menjelaskan secara waktu,yang dalam istilah berati “Ilmu yang mempelajari tentang kejadian kejadian dizaman dahulu serta perbuatan Manusia baik itu keilmuan atau hal yang dapat dilihat”.
-Sedangkan kalimat An-Nuzul yaitu sesuatu yang Allah turunkan baik itu berupa Ayat maupun Surah Al-Qur’an sezaman dengan di utusnya Nabi Muhammad SAW .
            Jadi Ilmu Tawarikh An-Nuzul ayat dan surah Al-Qur’an mempelajari waktu turunya Ayat yang meliputi : waktu dan tempat turunya, objek turunya baik itu manusia atau cerita serta kejadian kejadian, sebab turunya Ayat, dan apa yang turun sebelum atau sesudah Ayat yang turun dalam konteks tertentu untuk mengetahui makna yang sesungguhnya yang diceritakan oleh ayat tersebut pada saat turunya kepada nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya dari orang orang islam dan beriman maupun dari selain mereka yaitu orang orang musyrik dan ahlul kitab.[1]
Perhatian orang orang islam terhadap Al-Qur’an sangat besar sekali, bagaimana tidak karena Al-Qur;an merupakan Kalamullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai akhir para utusan,Wujud perhatian umat islam sangat beragam sekali sesuai dengan kemampuan masing masing diantaranya adalah dengan menjaga Al-Qur’an yang ada di hadapan kita saat ini dengan menghafal ataupun menjaga dari orang orang yang ingin merusak Al-Quran karena ini merupakan kewajiban kita sebagai umat islam untuk menjaganya, seperti yang tertera dalam firmannya:إنا نحن نزلنا الذكرى وإنا له لحافظون , karena Allah melibatkan hambanya dalam dlomir (نا) untuk menjaga Al-Qur’an. Para terdahulu memberikan sumbangsih untuk Al-Qur’an yaitu menjaganya dengan keilmuan mereka, sehingga sampai kepada kita kitab-kitab tafsir Al-Qur’an,I’rob Al-Qur’an,I’jaz Al-Qur’an dll seperti Al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an karangan Az-Zarkasyi yang merupakan wujud perhatian mereka dalam menjaga Al-Qur’an karena kata Az-Zarkasyi[2]: “ilmu Al-Qur’an tidak bisa teringkas dan makna –makna nya tidak terbatas maka wajib menjaganya sebisa mungkin”.
Sesungguhnya Ilmu Tawarikh An-Nuzul Al-Qur’an termasuk ilmu yang baru, dimana para Ulama’ Al-Mutaqoddimin belom membahas dalam pembahasan yng khusus, melainkan masih mencampurkan ke dalam pembahasan di banyak disiplin ilmu dan masih tercampur diantara Ulumul Qur’an dan Tafsir, hadits hadits nabi ,sejarah sejarah dan lain sebagainya sehingga masih sangat sulit untuk menjadikan Ilmu Tawarikh An-Nuzul dalam karangan khusus. karangan para ulama’ terdahulu dalam Ulumul Qur’an walaupun sedikit tetapi dapat menuntun dan membuka jalan dalam bahasan-bahasan disiplin ilmu dalam memberikan sumbangsih kepada Al-qur’an. Maka dari itu terkadang ilmu ini dimata pembaca agak terasa baru,melainkan hanya cara pemaparan dan pengemasanya yang berbeda sehingga terlihat baru.[3]
Akan saya paparkan terlebih dahulu pengertian masing-masing dari kata Nuzul dan Al-Qur’an:
a.       Pengertian Nuzul
Secara etimologis Nuzulul  Qur’an terdapat dua kata yaitu kata Nuzul daan Al-Qur’an. Pada dasarnya ”Nuzul” itu mempunyai arti turunnya suatu benda dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Nuzul juga secara etimologi dapat berarti singgah atau tiba ditempat tertentu. Makna nuzul dalam pengertian yang disebut terakhir ini dalam kebiasaan orang arab menurut Abdul Azhim Az-Zarqoni sebagai makna hakiki.Sehingga,kata singgah,mampir, atau tiba umpamanya sering diungkapkan oleh orang arab dalam formulasi seperti seorang penguasa singgah atau tiba disuatu tempat[4], dan kata Nuzul memiliki beberapa pengertian antara lain: 
1)      Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu’uh, “turun dan jatuhnya sesuatu.”[5]
2)      Sedang menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti, “meluncur atau turun dari atas ke bawah.”
3)      Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan dalam penuturanya yang lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu dari atas ke bawah.
4)      Imam Fairuz Zabadi dalam kamusnya Al-Muhith Al-Hulul Fil Makan. kata Nuzul itu mampunyai arti: “Bertempat di suatu tempat”. Contohnya antara lain firman Allah Swt yang berbunyi:

وَقُل رَّبِّ أَنزِلنِى مُنزَلاً مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيرُ ٱلمُنزِلِينَ 
Artinya: Berdo’alah Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang di berkahi dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat (Q.S. Al- Mukminum : 29) 
5)      Imam Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya Al- Kasysyaf.Kata Nuzul itu berati Al- Ijtima (kumpul).
Di dalam hubungannya dengan pembahasan Nuzulul Qur’an ini, kata MF.Zenrif di dalam bukunya yang berjudul sintesis paradigma studi al-Qur’an, ada juga pendapat yang memberikan alternatif dari problem teologis dengan memberikan pengertian majaziy dari kata nuzul.Dalam hal ini nuzul diartikan penampakan al-Qur’an ke pentas bumi pada waktu dan tempat tertentu. Memang menurut pandangan ini al-Qur’an bersifat Qodim, dalam pengertian sudah ada sebelum adanya tempat dan waktu, akan tetapi keberadaanya ketika itu belum diketahui atau hadir di pentas bumi. Ketika al-Qur’an pertama kali diterima Nabi saw, ketika itu pula al-Qur’an menampakan diri. Oleh karenanya, inna anzalnahu fi lailat al-qodr mempunyai pengertian: “sesungguhnya kami memulai memperkenalkan kehadiran al-Qur’an pada malam al-Qodr”.
b.      Pengertian Al-Quran
Sedangkan Al-Qur’an yaitu firman Allah yang telah diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah. Al-Quran menurut bahasa (etimologi) dikemukakan oleh Subhi As Shalih dalam “Mabahits fi Ulum Al -Qur’an”, yang mana “Al-Qur’an” berarti ‘’bacaan‟, asal kata qara’a. kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Sedangkan di dalam Al-Qur‟an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam surah Al-Qiyaamah ayat 17-18 adalah: Yang artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”.(17) “Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”.(18)
Adapun definisi al-Quran secara istilah (terminologi) adalah Firman Allah yang berbahasa Arab, dapat melemahkan musuh, diturunkan kepada Nabi Muhammad, ditulis di dalam mushaf, dan ditranformasikan secara tawattur serta membacanya termasuk ibadah.
Dalam Kitab Manna’ul-Qaththan Mabahits fi ulumil-Qur’an, yang dimaksud Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad Swt dan membacanya adalah ibadah.
Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf dalam buku Ilmu Ushul Fiqh mendefinisikan Al-Quran sebagaiFirman Allah yang diturunkan oleh Allah dengan perantara Jilbril kedalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafal Arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi rasul bahwasanya dia adalah utusan Allah, sebagai undang-undang sekaligus petunjuk bagi manusia, dan sebagai sarana pendekatan (seorang hamba kepada tuhannya) sekaligus sebagai ibadah bila dibaca. Al-Quran disusun diantara dua lembar; diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas, yang sampai kepada kita secara mutawttir secara tulisan maupun lisan, dari generasi ke generasi, terpelihara dari adanya perubahan dan pergantian.
c.       Pengertian Nuzulul Quran menurut bahasa dan istilah:
1)      Pengertian Nuzulul Quran menurut bahasa
Kata
 Nuzul Al-Quran merupakan gabungan dari dua kata, yang dalam bahasa arab susunan semacam ini desebut dengan istilah tarkib idhofi dan dalam bahasa indonesia biasa diartikan dengan turunnya al-quran.
2)      Pengertian Nuzulul Quran menurut istilah
Nuzulul Qur’an ini ada beberapa arti dari berbagai pendapat para ulama, antara lain sebagai berikut:
a)      Jumhur Ulama : antara lain Ar- Rozi, Imam As-Suyuthi, Az-Zakrkasyi, dll. Mengatakan arti Nuzulul Qur’an itu secara hakiki tidak cocok sebagai Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang berada pada Dzat-Nya, sebab dengan memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat atau lafal atau tulisan huruf yang ril yang harus di turunkan. Karena itu arti kalimat Nuzulul Qur’an itu harus di pakai makna majazi yaitu menetapkan / memberitahukan / menyampaikan Al-Qur’an, baik di sampaikannya Al-Qur’an ke Lauh Mahfudh atau ke Baitul Izzah di langit dunia maupun kepada Nabi Muhammad SAW sendiri.
b)      Sebagian Ulama antara lain Imam Ibnu Taimiyah dkk. Mengatakan pengertian Nuzulul Qur’an itu juga tidak perlu di alihkan dari arti hakiki kepada arti majazi. Maka kata Nuzulul Qur’an itu berarti “Turunya Al-Qur’an”. Sebab arti tersebut sudah biasa di gunakan dalam bahasa arab


Menurut Muhammad Abdul Al- Zurqoni, dalam kitab Manahil Al-Irfan Fi Ulumul Qur’an yaitu: Karena ketinggian kedudukan Al-Qur’an dan besarnya ajaran- ajarannya.Yang dapat mengubah perjalanan hidup manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi, serta dunia dengan akhirat. Ia berkata, sebagai kata, me­mang kata nuzul berarti pindahnya se­suatu dari atas ke bawah. Terkandung da­lam makna nuzul tersebut bergerak­nya sesuatu dari arah atas ke bawah.Namun pengertian nuzul tersebut tidak patut diberikan untuk maksud Nuzulul Qur’an.Al-Qur’an bukanlah suatu benda yang memerlukan tempat pindah dari atas ke bawah dalam arti haqiqi, lantaran Al-Qur’an mengandung kei’jazan (kekuatan yang melemahkan).
Menurut Az-Zarqani, penggunaan kata Nuzul dalam hal Nuzulul Qur’an dimaksudkan dalam pengertian secara majazi. Artinya sebagai suatu ungkapan yang tidak dipahami secara harfiah.Pengertian majazi bagi Nuzulul Qur’an adalah pemberitahuan mengenai Al-Qur’an dalam segala aspeknya.
4.      Kaifiyyat Al-Inzal (كيّفية إنزال الوحي)
قال تعالى: {‏شهر رمضان الذي أنزل فيه القرأن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان... } [البقرة:158]
و قال تعالى: {‏إنا أنزلناه في ليلة القدر} [القدر:1]
a.       Perbedaan Makna Inzal ( إنزال) Sebagian ‘Ulama mengatakan makna (إنزال) adalah: إظهار القراءة (Menampakkan bacaan) Bahwa Allah SWT mengilhamkan kepada Jibril as dan jibril berada di langit dan di suatu tempat yang tinggi dan Allah mengajarkan bacaanya (وعلمه قراءته), kemudian Jibril menyampaikannya kebumi dan dia turun dari suatu tempat (وهويهبط في المكان).
b.      Perbedaan dalam Kaifiyyat Inzalil Wawyi dari Laukh Makhfud
Banyak perbedaan pendapat dalam Kaifiyyat Inzalil Wawyi dari Laukh Makhfudl,sehingga dapat dikelompokkan dalam tiga pendapat :
1)      Al-Qur’an turun ke-Sama’ addunya pada malam Badar secara (Jumlatan wahidatan) kemudian  turunya setelah itu  berangsur –angsur selama 20 tahun dan 23 hari/25 hari (sesuai perbedaan pendapat tentang lamanya Rosululloh bertempat tinggal di mekkah setelah di utus menjadi Nabi), ini merupakan pendapat yang paling Sohih dan Masyhur:
أخرج الحاكم والبيهقي وغيرهما من طريق منصور عن سعيد بن جبير عن ابن عباس قال‏:‏ أنزل القرآن في ليلة القدر جملة واحدة إلى سماء الدنيا وكان بمواقع النجوم وكان الله ينزله على رسول الله صلى الله عليه وسلم بعضه في أثر بعض‏.‏
وأخرج الحاكم والبيهقي أيضاً والنسائي أيضاً من طريق داود بن أبي هند عن عكرمة عن ابن عباس قال‏:‏ أنزل القرآن جملة واحدة إلى سماء الدنيا ليلة القدر ثم أنزل بعد ذلك بعشرين سنة ثم قرأ ‏{‏ولا يأتونك بمثل إلا جئناك بالحق وأحسن تفسيراً‏}[الفرقان:33]‏‏.‏ ‏{‏وقرآناً فرقناه لتقرأه على الناس على مكث ونزلناه تنزيلا‏}[الإسرأ:106]‏‏.‏
2)      Al-Qur’an turun ke Sama’ Addunyapada tanggal 20 malam Lailatul qadar atau 23 atau 25disetiap malam Lailatul qodar setiap tahunya, kemudian turun setelah itu berangsur-angsur setiap tahunya, ini termasuk pendapat yang di tuturkan Imam Ar-Razi.
3)      Permulaan turunya Al-Qur’an pada malam Lailatul Qodar dan kemudian turun setelah itu secara berangsur-angsur pada waktu tertentu, pendapat ini di tuturkan oleh Asy-Sya’bi.
Ibnu Hajar di dalam kitab Syarakh Al-Bukhori berpendapat bahwa pendapat yang pertama itumlah pendapat yang benar dan yang dapat dibuat pegangan.[6]
5.      Hikmah Turunnya Al-Qur’an
Sebagian para Ulama berpendapat dalam macam tahapan nuzul dan tempatnya juga bermacam-macam ,pertama di Laukh Makhfud kemudian di Baitil ‘Izza ydan yang ketiga ke hati Rosululloh SAW ini sebagai bukti bahwa tidak ada keraguan lagi pada Al-Qur’an, menambah keimanan dan lebih percaya pada Al-Qur’an.
            Dan adapun turunya Al-Quran secara terpisah-pisah terdapat hikmah yang sangat besar sekali yang nanti akan kita bahas untuk menolak perkataan Oran-orang kafir ,seperti firman Allah SWT :
{وقال الذين كفروا لولا نزّل عليه القرأنُ جملةً واحدة}(الفرقان:32)
Penjelasan bahwa Penurunan Al-Qur’an (الإنزال)dengan sekaligus tidak akan mewujudkan seperti kejadian yang sudah terjadi melainkan apa yang sudah Allah taqdirkan yaitu dengan menurunkan Al-Qur’an dengan cara berangsur-angsur itulah yang terbaik,adahikmahnya dan merupan Rahmat bagi Umatnya, disini  akan saya tuturkan hikmah-hikmahnya dalam tiga aspek penting:
a.       Yang berhubungan dengan Rosululloh SAW
b.      Berhubungan dengan umat-nya SAW
c.       Berhubungan dengan metode/Manhaj
Adapun yang berhubungan dengan Rosululloh SAW ,hal ini Allah SWT berfirman:
6.      Ayat dan Surah pertama turun
Mengenai Ayat dan Surah pertama yang turun para Ulama berbeda pendapat di antaranya :[7]
a.       (اقرأ باسم ربك ): Pendapat ini merupakan pendapat yang sohih, seperti yang diriwayatkan oleh Syaikhon dan selainnya dari syaidatina ‘Aisyahberkata : Pertama turunya wahyu kepada Rosulullah SAW adalah Mimpi yang sungguhan di saat tidur dan nabi Muhammad SAW tidak mimppi kecuali datang seperti fajar di saat subuh, kemudian Nabi Muhammad lebih senang menyendiri dan kemudian datang ke gua Hira dan Nabi Muhammad bermunajat disana hingga mendapatkan kebenaran, setelah itu datanglah malaikat, dan berkata : Bacalah, Rosul menjawab: aku tidak bisa membaca, sampai tiga kali Rosulullah ketika di suruh membaca menjawab seperti itu hingga yang ketiga kalinya malaikat jibril menyelimuti Rosulullah dan akhirnya malaikat Jibril pun berkata: (Hadits)
b.      (ياأيها المــّدثّر) : yang diriwayatkan oleh Syaikhon dari Salamah bin Abdurrahman berkata: Aku bertanya kepada Jabir bin Abdillahyakni tentang Al-Quran pertama yang turun, beliau menjawab: ياأيها المــّدثّر kemudian aku menyangka bahwa bukanya (اقرأ باسم ربك) yang pertama turun ? kemudian beliau menjawab : Aku ceritakan ini kepadamu seperti apa yg  apa yuang Rosululloh ceritakan kepada kita: “Ketika Aku menemukan air melimpah Aku turun dan memasuki Al-Wadi (Lembah) kemudian kulihat depan dan belakangku, kanan dan kiriku dan setelah itu kulihat ke langit dan ternyata kulihat  Jibril –alaihi salam- kemudian Jibril mengambilku dan tubuhku terasa gemetar,setelah itu Aku datangi ‘Aisyah dan kemudian menyuruh orang-orang untuk meyelimutiku dan turunlah saat itu (ياأيها المــّدثّر* قم فأنذر) ”.
Berawal dari pendapat-pendapat di atas timbullah sanggahan-sanggahan pendapat yaitu:
a.       Bahwa pertanyaan saat itu tentang turunya surah secara penuh/sempurna, sedangkan surah Al-Muddastir turun sempurna sebelum sempurnanya surah Al-Iqro’ turun, karena surah Al-Iqro’ pertama yang turun adalah ayat pertamanya.Yang menguatkan pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam muslim dari Abi Salamah dari Jabir berkata : Aku mendengar Rosululloh SAW bercerita tentang Fatrotul wahyi beliau bersabda : “Saat Aku berjalan Aku mendengar suara dari langit kemudian kulihat keatas tiba tiba kulihat Malaikat yang pernah mendatangiku di gua Hiro’ sedang duduk diatas kursi diantara langit dan bumi.Kemudian Aku pulang dan aku berkata: selimuti aku, selimuti aku, kemudian mereka menyelimutiku dan kemudian Allah menurunkan (ياأيّها المــدّثّر).Maka Sabda nabi “kulihat malaikat yang pernah  mendatangiku di gua Hiro” menunjukkan bahwa cerita ini terakhir/setelah cerita di gua Hiro’ yang diturunkanya (اقرأ باسم ربك).
b.      Bahwa yang pertama turun menurut jabir itu khusus setelah fatrotul wahyi, bukan yang pertama turun secara mutlak.Bahwa yang dimaksud adalah yang pertama turun dalam hal hal peringatan.
c.       Bahwa Jabir menyatakan itu atas ijtihadnya bukan dari riwayatnya, maka di dahulukan riwayatnya sayyidatina ‘Aisyah.
d.      Yang pertama turun adalah Surah Al-Fatikhah kata Imam Zamahsyari di kitabnya Al-Kassyaf .
7.      Ayat dan Surah terakhir turun[8]
Banyak riwayat yang berbeda dalam mengetahui ayat dan surat terakhir yang turun,Syaikhon (Bukhori-Muslim) meriwayatkan dari Barro’ bin ‘Azib berkata: Surah yang terakhir turun adalah Al-Baroah sedangkan Ayat yang terakhir turun adalah:
{‏يستفتونك قل الله يفتيكم في الكلالة‏}‏
Sedangkan imam Bukhori sendiri meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa yang terakhir turun adalah ayat tentang Riba, tetapi Imam Al-Baihaqi lebih memeperjelas lagi bahwa beliau meriwayatkan dari Umar bahwa yang di maksud ayat tentang riba yaitu :
{‏يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وذروا ما بقي من الربا‏}
Lain halnya dengan imam An-Nasa’i, beliau meriwaytkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa yang terakhir turun dari Al-Qur’an adalah :

{‏واتقوا يوماً ترجعون فيه‏}‏
Pendapat pertama adalah pendapat yang paling unggul kerena di dalam Al-Baqoroh terdapat isyarat terhadap makna wafat yang menunjukkan terhadap makna yang terakhir turun.[9]
8.      Surah dan ayat yang turun berulang ulang
Ulama Mutaqoddimin dan Mutaakhirin menyatakan bahwa ada ayat Al-Qur’an yang berulang-ulang,Ibnul khasor mengatakan: terkadang penurunan Al-Quran diulang itu karena sebagai pengingat dan pelajaran disebutkan di antaranya yaitu akhir surah An-Nahl dan awal surah Ar-Ruum  dan Ibnu katsir juga  menyebutkan di antaranya yaitu ayat Ar-ruuh.
Ada sebagian lagi mengatakan di antaranya yaitu Al-fatehah. Sebagian Ulama lagi menyebutkan di antara ayat yang turun secara berulang-ulang adalah firman Allah :
‏{‏ما كان للنبي والذين آمنوا‏}‏ الآية

Imam Az-Zarkasi mengatakan di dalam kitabnya Al-Burhan: Terkadang sesuatau (Ayat Al-quran) di turunka dua kali karna kehendaknya dan keagungannya begitu juga supaya selalu teringat ketika terjadi sebab turunya dan ditakutkan akan terlupa. Kemudian menyebutkan  diantaranya ayat ar-ruuh dan firman Allah: {‏أقم الصلاة طرفي النهار‏}‏ الآية
 Az-zarkasyi mengatakan: sesungguhnya surat Al-isro’ dan hud itu ayat makkiyah dan sebab turunya ayat menunjukkan bahwa keduanya di turunkan di madinah , maka dari itu sebagian ulama mempermasalahkan hal tersebut tetapi tidak ada yang mempermasalahkan kalo turunya satu persatu(berulang-ulang), diantara hikmah dari ini semua karena terkadang terjadi suatu sebab dari soal atau sebuahkejadian yang menuntut diturunkan sebuah ayat  dan sungguh sudah pernah turun ayat yang berkenaan dengan hal ini kemudian di wahyukan kepada nabi Muhammad SAW ayat tersebut sebagai pengingat bagi mereka dan bahwa ayat tersebut membahas tentang hal itu. Terkadang huruf dari ayat-ayat Al-quran yang di baca itu dengan 2 tata cara atau lebih, hal ini seperti hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Ubay :
 إن ربي أرسل إلي أن اقرأ القرآن على حرف فرددت إليه أن هوّن على أمتي فأرسل إليّ أن أقرأه على حرفين فرددت إليه أن هوّن على أمتي فأرسل إليّ أقرأه على سبعة أحرف
Hadis ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan hanya sekali, melainkan berulang-ulang. Di dalam kitab”Jamalul qurro’” karangan imam Syakhowi setelah beliau menceritakan bahwa surah Al-Fatehah turun dua kali, apa faidah diturunkannya dua kali ? Beliau menjawab: bisa saja turunnya saat pertama kali berupa satu huruf, dan yang kedua kalinya dengan banyak wujuh(macam bacaan) seperti : ملك ومالك والسراط والصراطdan lainnya yang serupa.
Sebagian Ulama mengingkari pandapat diatas bahwa ada daru Al-Quran yang diturunkan secara berulang-ulang, hal ini seperti yang saya lihat dikitab”Al-Kafil bi-ma’ani at-tanzil”, beralasan  bahwa pendapat yang sudah di paparkan bahwa adanya kepastia bahwa apa yang turun di Makkah pasti turun juga di Madinah di saat yang lain dan Malaikat Jibril selalu mengulanginya setiap tahunnya bisa di tolak dengan menolak keharusan tersebut bahwa tidak ada maknanya bagi penurunan wahyu kecuali Jibril turun kepada Rosululloh SAW dengan mewahyukan kepada Rosululloh Saw Al-Qur’an yang belom pernah turun sama sekali kemudian membacakannya kepada RosulullohSAW.
Dan untuk menolak pendapat mereka bahwa di syaratkannya belom pernah diturunkan sama sekali , kemudian mengatakan : Mungkin yang mereka maksud dengan diturunkan nya dua kali  bahwa Malaikat jibril turun ketika arah kiblat di pindahkan kemudian memberikan kabar kepada Rosululloh SAW bhwa Al-Fatehah merupakan rukun dalam shol;at seperti yang sudah terjadi makkah, mungkin mereka menyangka bahwa ini merupakan penurunan Al-Quran di  saat yang lain atau membacakan kepada Rosululloh bacaan yang lain yang bvel;om pernah dibacakan di Makkah.[10]

C.     KESIMPULAN
Sangat penting sekali mempelajari Ilmu Tawarikh An-Nuzul ayat dan surah Al-Qur’an yang meliputi : waktu dan tempat turunya, objek turunya baik itu manusia atau cerita serta kejadian kejadian, sebab turunya Ayat, dan apa yang turun sebelum atau sesudah Ayat yang turun dalam konteks tertentu untuk mengetahui makna yang sesungguhnya yang diceritakan oleh ayat tersebut, dan sesungguhnya Ilmu Tawarikh An-Nuzul Al-Qur’an termasuk ilmu yang baru, dimana para Ulama’ Al-Mutaqoddimin belom membahas dalam pembahasan yng khusus, melainkan masih mencampurkan ke dalam pembahasan di banyak disiplin ilmu dan masih tercampur diantara Ulumul Qur’an dan Tafsir, hadits hadits nabi ,sejarah sejarah dan lain sebagainya sehingga masih sangat sulit untuk menjadikan Ilmu Tawarikh An-Nuzul dalam karangan khusus.


DAFTAR PUSTAKA
An-Nisaburi Abul Hasan Ali, Asbabun Nuzul,Bairut:’Alamul kutub(Tanpa tahun)
As-Suyuti  Jalaluddin, Al-Itqon fi ‘Ulumil Qur’an,Cairo:Dar-Al Hadist
Ahmad Abul Hussein Ibn Faris ibn Zakariya, Maqoyis al-Lughoh  Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malayyin, t.t.
Az-zarqoni Muhammad abd azhim, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulumil Quran
Az-Zarkasyi Badruddin,Al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an Bairut: Dar-Alma’rifah
Syukri Ahmad Kholid dan Imron Sameh Nazal,Ilmu Tarikh Nuzul Al-Ayat Al-Qur’an wa Surah,Jordan:Jam’iyah Al-Muhafadloh Ala Al-Qur’an




[1] Ahmad Kholid Syukri, Imron Sameh Nazal,Ilmu Tarikh Nuzul Al-Ayat Al-Qur’an wa Surah,(Jordan:Jam’iyah Al-Muhafadloh Ala Al-Qur’an),hal.31-33
[2]   Badruddin Az-Zarkasyi,Al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an,(Bairut: Dar-Alma’rifah),hal.9/1
[3] Ahmad Kholid Syukri, Imron Sameh Nazal,Ilmu Tarikh Nuzul Al-Ayat Al-Qur’an wa Surah,(Jordan:Jam’iyah Al-Muhafadloh Ala Al-Qur’an),hal.26-28
[4] Muhammad abd azhim az-zarqoni, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulumil Quran, halm. 41 
[5]  Abi al-Hussein Ahmad Ibn Faris ibn Zakariya, Maqoyis al-Lughoh (Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malayyin, t.t.), hlm.342.
[6]  Jalaluddin As-Suyut, Al-Itqon fi ‘Ulumil Qur’an,(Cairo:Dar-Al Hadist),hal.142-144
[7] ibid
[8] Abul Hasan Ali An-Nisabury,Asbabun Nuzul,(Bairut:’Alamul kutub),hal.8-9
[9] Jalaluddin As-Suyut, Al-Itqon fi ‘Ulumil Qur’an,(Cairo:Dar-Al Hadist),hal.101-103
[10]  Jalaluddin As-Suyut, Al-Itqon fi ‘Ulumil Qur’an,(Cairo:Dar-Al Hadist),hal.1/13-131

Comments

Popular posts from this blog

fiqih kaidah-34

Syarat-syarat al-Syufqah