Kepemimpinan dalam Islam
A. KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Dalam ajaran agam Islam, hadits nabi menyebutkan
bahwa setiap manusia adalah seorang pemimpin, apakah ia sebagai kepala
keluarga, sebagai imam suatu umat, seorang wanita yang kedudukannya sebagai ibu
rumah tangga dan bahkan seorang pembantu sekalipun ia adalah seorang pemimpin.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang berbunyi
:Artinya : Abu Nu’man menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid
menceritakan hadits kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata:
Rasulullah SAW. Bersabda “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan
dimintai pertanggungjawaban.
Oleh karena itu seorang imam adalah pemimpin dan
dia akan dimintai pertanggungjawaban, dan seorang laki-laki adalah seorang
pemimpin atas keluarganya, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban.
Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin atas rumah suaminya dan setiap kamu
akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang hamba (pembantu) adalah pemimpin
atas harta tuannya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban.
Maka ingatlah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan
akan diminati pertanggungjwaban atas kepemimpinannya” . Kecuali sebagai Nabi,
Muhammad SAW. adalah pemimpin yang tangguh dan paling efektif. Segala macam
kualitas yang dibutuhkan untuk tampil sebagai figur kepemimpinan berhimpun pada
pribadi Muhammad SAW.. Kita dapat mencatat umpamanya beberapa hal persyaratan
yang telah dimiliki beliau :
Beliau adalah pribadi yang mempunyai sifat-sifat terpuji, diantaranya adalah siddiq54. Selaku pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi ketika diuji dengan harta, dengan kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan tidak tergoyahkan. Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan pandangan yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan diskusi dengan para sahabatnya dalam memutuskan suatu perkara yang rumit. Bahkan lebih dari itu, terkadang ide orang lain bahkan ide musuh-musunya kalau dianggap baik beliau mengambilnya.
Beliau adalah pribadi yang mempunyai sifat-sifat terpuji, diantaranya adalah siddiq54. Selaku pimpinan beliau memiliki kesabaran yang tinggi ketika diuji dengan harta, dengan kedudukan dan dengan wanita. Beliau tangguh dan tidak tergoyahkan. Meski beliau memiliki pengetahuan, kecerdasan dan wawasan pandangan yang luas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dan diskusi dengan para sahabatnya dalam memutuskan suatu perkara yang rumit. Bahkan lebih dari itu, terkadang ide orang lain bahkan ide musuh-musunya kalau dianggap baik beliau mengambilnya.
Hal ini dilakukan dengan prinsip nisfu aqlika fi
‘aduwwika yang artinya sebagian dari ide anda dapat diperoleh dari taktik atau
gagasan musuh-musuhmu. Konsep kepemimpinan (leadership) dalam pandangan agama
Islam berdasarkan firman Allah SWT. surat Al Baqoroh ayat 30 yang berbunyi
:Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu kepada para Malaikat :”Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan khalifah di muka bumi" (QS. Al Baqoroh, 30) Kandungan
ayat tersebut menjelaskan nikmat-nikmat Allah SWT. yang dengan nikmat tersebut
menjauhan dari maksiat dan kufur serta dapat memotivasi seseorang untuk beriman
kepada Allah SWT.. Diciptakannya Nabi Adam AS. dalam bentuk yang sedemikian
rupa disamping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam
semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah SWT. di bumi. Hal tersebut
merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunannya dengan
cara taat kepada Allah SWT. dan tidak ingkar kepadaNya, termasuk menjauhi
kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT.Sedangkan penjelasan dari ayat ini
adalah bahwa sesungguhnya kami (Allah SWT.) akan menjadikan Adam sebagai
khalifah dan pengganti makhluk lain yang dulu menghuni bumi, mereka itu telah
musnah karena saling menumpahkan darah, sekarang Adam adalah pengganti mereka.
Sebagian mufassirin berpendapat yang dimaksud
dengan khalifah disini adalah sebagai pengganti Allah Allah SWT. dalam memberikan
perintah-perintah Nya kepada manusia. Karenanya, istilah yang mengatakan bahwa
“manusia adalah khalifah Allah di bumi” sudah sangat populer. Pengangkatan
khalifah ini menyangkut pula pengertian pengangkatan sebagian manusia yang
diberi wahyu oleh Allah tentang syariat-syariat Nya. Pengangkatan khalifah ini
juga mencakup seluruh mahluk (manusia) yang berciri mempunyai kemampuan
berfikir yang luar biasa .
Berbicara tentang kepemimpinan dalam Islam, maka kita akan merujuk terhadap pribadi dan pola kepemimpinan yang
ditampilkan oleh Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan istilah uswatun
khasanah yang artinya teladan yang mulia atau baik. Keteladanan nabi muhammad
SAW. ini telah dijamin oleh Allah SWT. dengan firman Nya dalam Al Qur’an yang
berbunyi :Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
taulada yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari qiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab, 21)
Keteladanan Nabi Muhammad SAW. sangat tepat jika dicontoh oleh manusia pada umumnya dan para pemimpin pada khsusnya. Pengaruh kepemimpinan beliau masih tetap kuat, dan bagi umat Islam beliau merupakan figure keteladanan yang paling utama dalam berbagai segi kehidupan.
Keteladanan Nabi Muhammad SAW. sangat tepat jika dicontoh oleh manusia pada umumnya dan para pemimpin pada khsusnya. Pengaruh kepemimpinan beliau masih tetap kuat, dan bagi umat Islam beliau merupakan figure keteladanan yang paling utama dalam berbagai segi kehidupan.
Beliau dengan sangat teliti dan hati-hati
mencontohkan semua perbuatan baik dan menjauhkan diri dari melakukan perbuatan
buruk dengan sangat teliti dan jelas.
Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun.
Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun.
1.
Shiddiq (Jujur). Ini adalah sifat kejujuran yang
sangat ditekankan Rasul baik kepada dirinya maupun pada para sahabat-sahabatnya
(Semoga kita juga meneladaninya).Adalah ciri seorang muslim untuk jujur.
Sehingga Islam bukan saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar.
2.
Amanah(bisa dipercaya). Sifat ini
ditanamkan khususnya kepada para sahabat yang ditugaskan di semua hal apa saja
untuk bisa berbuat amanah, tidak curang (atau juga korupsi di zaman sekarang)
dalam hal apa saja. Sesuatu yang sekarnag menjadi sangat langka di negeri
muslim sekalipun (miris).
3.
Tabligh (Menyampaikan yang benar). Ini adalah
sebuah sifat Rasul untuk tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi
untuk kepentingan umat dan agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan
informasi berharga hanya untuk dirinya sendiri. Subhanallah.
4. Fathonah (Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambbil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat. Dengan mengenal beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa Seorang Rasulullah yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi seorang Nabi, Rasul,Kepala Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat, Pimpinan Umat, Pimpinan Perang menjadi sangat sukses dalam setiap hal yang beliau geluti. Semoga menjadi landasan bagi kita dan para pemimpin muslim untuk mampu meneladani apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
4. Fathonah (Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambbil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat. Dengan mengenal beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa Seorang Rasulullah yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi seorang Nabi, Rasul,Kepala Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat, Pimpinan Umat, Pimpinan Perang menjadi sangat sukses dalam setiap hal yang beliau geluti. Semoga menjadi landasan bagi kita dan para pemimpin muslim untuk mampu meneladani apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Adapun hubungan QS Yunus ayat 14 dengan Kepemimpinan, yakni :
1. Kalimat ”Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi
sesudah mereka,…”. Dalam kalimat ini mengandung makna bahwa setelah
umat-umat yang terdahulu hancur. Maka Allah mengganti dengan umat Muhammad
saw., umat yang mengikuti agama Islam, agama yang membawa manusia kepada
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Masyarakat Arab, sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dikenal
dengan sebutan jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah (yang berasal
dari bahasa Arab dari kata jahala yang berarti bodoh), maka secara harfiyah bisa disimpulkan
bahwa masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang bodoh.
Dalam sejarah Islam dijelaskan bahwa Rasulullah diturunkan oleh Allah ke
dalam suatu komunitas masyarakat yang dikenal dengan istilah masyarakat Arab
Jahiliyah. Secara lingustik istilah jahilyiah berasal dari kata Bahasa Arab jahala yang berarti
bodoh dan tidak mengetahui atau tidak mempunyai pengetahuan. Namun, dalam
realitas yang sesungguhnya, secara faktual saat itu masyarakat Arab yang
dihadapi oleh Rasulullah bukanlah masyarakat yang bodoh atau tidak mempunyai
pengetahuan. Buktinya pada saat itu sastra dan syair berkembang dengan pesat di
kalangan mereka. Setiap tahun diadakan festival-festival pembacaan puisi dan
syair, ini membuktikan bahwa orang-orang Arab ketika itu sudah banyak yang
mengetahui baca dan tulis. Selain itu mereka juga mampu membuat tata kota dan
tata niaga yang sangat baik. Hal ini semakin menguatkan bahwa mereka kaum
Quraisy bukanlah orang-orang bodoh dan tidak berpengetahuan. Dapat dipahami,
bahwa sebenarnya mereka adalah masyarakat yang sedang berkembang peradabannya.
Masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad diistilahkan dengan jahiliyah
bukan karena bodoh atau tidak berpengetahuan, atau dalam istilah lain lemah
dalam aspek intelektualnya. Yang dimaksud dengan ”kejahiliyan” (ketidaktahuan)
mereka ada pada dua aspek utama, pertama aspek akidah. Pada saat Rasulullah
diutus oleh Allah, khurafat dan mitos-mitos yang berkembang pada saat itu telah
menyeret manusia untuk menjauh dari kehidupan yang alami dan manusiawi. Dalam
kondisi seperti itulah, Allah mengutus duta terakhirnya, yaitu Nabi Muhammad
SAW. Beliau membawa agama Islam sebagai hadiah bagi umat manusia sedunia serta
memberikan penafsiran baru terhadap kehidupan manusia, selain itu beliau juga
datang dengan membawa misi untuk memberantas akar kebodohan dalam masyarakat,
yakni syirik kepada Allah.
Sedangkan yang kedua adalah aspek akhlak. Pada masa itu, akhlak atau moral
sama sekali tidak mendapat tempat dalam masyarakat jahiliah. Pada saat itu
mereka melakukan berbagai perbuatan keji tanpa merasa takut atau bersalah, di
antaranya kebiasaan mengubur bayi perempuan hidup-hidup, minum-minuman keras,
berzina, membunuh, dan lain sebagainya. Rasulullah diturunkan oleh Allah untuk
memperbaiki akhlak. Beliau menyeru masyarakat agar berpegang teguh kepada
nilai-nilai moral. Selain itu beliau juga mengajarkan kepada mereka akhlak yang
mulia.
2. Kalimat “…supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. ” dimaksudkan
bahwa Allah memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu berhati-hati
tentang apa yang akan dilakukan dan mengingat akan tugas-tugas yang diberikan
Allah swt. kepada manusia sebagai khalifah Allah di bumi.
Di antara tugas khalifatullah fil ardi ialah menegakkan hak dan keadilan di
muka bumi, membersihkan alam ini dari perbuatan najis, syirik, fasik serta
meninggikan kalimat Allah. Allah akan memperhatikan dan mencatat semua
perbuatan manusia dalam melaksanakan tugasnya itu, apakah sesuai dengan yang
diperintahkan-Nya atau tidak. Allah menjadikan kita sebagai khalifah di muka
bumi, tidak lain hanyalah untuk melihat amal-amal kita, maka perlihatkanlah
kepada Allah amalanamalan kita yang baik di malam dan di siang hari. Jika kita
berlaku zalim pula seperti bangsa dahulu kala itu. Niscaya kita akan lenyap
pula dari muka bumi.
Secara umum, seorang pemimpin berkewajiban menjalankan hal-hal sebagai
berikut:
A. Menjaga agama agar tetap pada porosnya yang abadi. Seandainya muncul
seorang mubtadi’ (yang mengada-ada dalam urusan agama), ia (pemimpin) harus menjelaskan
kebenaran kepadanya, memberinya landasan dan menjalankan hak serta hudud agar agama tetap
terlindungi dari kerancuan sekaligus mencegah umat dari ketergelinciran (ke
jurang kesesatan).
B. Melaksanakan hukum dan memutuskan perkara pihak-pihak yang bertikai
sehingga keadilan menjadi tegak, orang zalim tidak dapat berbuat seenaknya, dan
orang yang dizalimi tidak merasa lemah.
C. Menjaga Islam dan menjamin keamanan agar orang-orang dapat saling
berhubungan dan hidup dalam kondisi nyaman yang berhubungan dengan jiwa dan
harta benda.
D. Menegakkan hudud demi menjaga dan melindungi hak-hak para hamba.
E. Melindungi kaum muslimin dengan benteng yang kokoh serta kekuatan yang
mampu menangkal setiap serangan musuh-musuh yang sangat berpotensi
menghancurkan atau menumpahkan darah kaum muslimin atau orang-orang nonmuslim
yang berada di bawah perlindungan pemerintahan Islam.
F. Melancarkan jihad terhadap orang yang telah diberi keterangan tentang
ajaran Islam namun kemudian melakukan penentangan-sampai dirinya memeluk Islam
atau memilih di bawah tanggungan pemerintah Islam.
G. Menyertakan orang-orang terpercaya (amanah) dalam pemerintahannya serta
mengikuti nasihat orang-orang yang layak menasihati. Ini dimaksudkan agar
kecakapan dijadikan tolak ukur pemberian amanat dan harta kekayaan dapat
terlindungi.
H. Menjalankan pengawasan social.
Referensi
Mar’at, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Ghalis
Indonesia, 1983. hal 20
Mawardy, Al-. Al-Ahkam As-Sulthaniyyah. Mawqi’u
Al-Islam (Al-Maktabah Al-Syamilah)
Nawawi, Hadari. Kepemimipinan Menurut Islam.
Yogyakarta: GAMA University Press, 1993
Comments
Post a Comment